Aneka Kegiatan
Berkarya Seni
Rupa
Jenis
kegiatan dalam Kerajinan
Tangan dan Kesenian
(KTK atau
Kertakes) sangat
beragam. Untuk itu
marilah kita pelajari
beberapa variasi
kegiatan yang
semestinya kegiatan ini
diujicoba oleh para
guru sebelum
memberikannya kepada
anak-anak Sekolah Dasar. Dengan
mencoba berbagai
jenis
kegiatan ini, para guru akan menemukan
keunikan, kekhasan, dan hal-hal
yang perlu
disampaikan dalam tuntutan berkarya. Sehingga kegiatan pendidikan
kesenian
menjadi lebih menggairahkan anak, dan
guru tidak kerepotan mencari
materi kegiatan.
Tetapi tetap saja
kreativitas guru dituntut
lebih berkembang
dalam melakukan
strategi pembelajaran yang
ersifat membangun kreativitas
siswa.
Untuk membantu para
guru dan calon
guru menentukan dan memilih
kegiatan seni
rupa, berikut ini
dijelaskan secara garis
besar beberapa jenis
kegiatan atau
materi praktik pendidikan senirupa.
A. Berkarya Seni
Rupa Dwimatra
(dua dimensi)
1. Membatik Sederhana
Bahan
dan alat yang
diperlukan: lilin, krayon,
pewarna, kertas, kuas
sederhana, tempat air/pewarna, dan koran bekas.
Prosedur
pengerjaannya:
(a) Membuat kuas
sederhana dari kapas
dengan lidi atau
tusuk sate sebagai tangkainya. Kuas
itu dibuat dengan
cara melilitkan sejumlah kapas
pada salah satu ujung lidi atau tusuk sate, besarnya kurang lebih sebesar ibu jari orang dewasa. Supaya tidak lepas, ujung
lilitan kapas diikat dengan tali atau benang. Buat 3 buah kuas.
(b) Menyiapkan pewarna.
Pewarna yang dapat
digunakan pada kegiatan membatik sederhana
ini ada yang
tergolong pada pewarna
buatan dan pewarna alam.
Yang termasuk pewarna
buatan di antaranya:
cat air, ontan/sepuhan (berbentuk
serbuk), pewarna kue
cair. Kunyit, daun
suji, buah ganola, gambir adalah sebagian dari bahan pewarna alam. Bila
sudah ditentukan pewarna mana yang akan digunakan,buatlah larutan nya pada tempat pewarna yang sudah
disediakan. Usahakan larutan
pewarna tersebut tidak
terlalu encer. Siapkan
beberapa macam warna, hal
ini akan diperlukan
bila akan membuat
gambar yang memiliki banyak warna
atau membuat campuran warna.
(c) Membuat
gambar. Buatlah gambar dengan lilin di atas kertas yang sudah disediakan. Kertas yang digunakan
diantaranya: kertas gambar, kertas hvs, stensil. Tentu saja gambar tidak akan
kelihatan.
(d) Memunculkan gambar.
Letakkan kertas yang
sudah digambari di
atas kertas koran. Pulaslah kertas
tersebut dengan kuas sederhana yang
terlebih dahulu dicelupkan pada
larutan pewarna. Pemulasan
dapat hanya dengan satu warna, bisa pula beberapa warna
bergantung pada pilihan. Bila pada
saat menggambar menggunakan
lilin penerangan yang
berwarna putih, maka garis-garis
gambar akan berwarna putih. Apabila
dikehendaki garis-garis gambar berwarna,
pada saat menggambari kertas harus menggunakan krayon berwarna.
2. Tarikan Benang
Bahan
dan alat yang
diperlukan: benang kasur,
pewarna, kertas
HVS/gambar,
koran bekas (alas meja), tempat pewarna(wadah air kecil).
Prosedur pengerjaan:
(a) Siapkan
adonan pewarna seperti pada proses batik sederhana.
(b) Ambil benang
kasur sepanjang 40
– 45 cm.
Celupkan sebagian besar benang
tersebut pada larutan
pewarna. Kalau larutan
pewarna dirasakan terlalu banyak
menempel pada benang, sebaiknya diperas dahulu. Pewarna yang terlalu banyak
menempel pada benang akan mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan.
(c) Letakkan benang
tersebut pada kertas
yang sudah diletakkan
di atas alas koran.
Apakah letak benang
mau diatur atau
bebas bergantung pembuat. Ujung benang yang tidak terkena
warna, harus ada di luar bidang kertas.
(d) Lipatlah
kertas tadi di tengah-tengah sisi panjangnya.
(e) Sambil
menekan kertas dengan
salah satu telapak
tangan, tariklah benang sampai keluar dari lipatan kertas.
Arah tarikan bebas.
(f) Buka
lipatan kertas. Gambar apa yang terjadi?
(g) Untuk menghasilkan
beberapa bentuk dalam
satu bidang gambar/
kertas, lakukan kegiatan yang
sama seperti di
atas. Dengan mengubah
letak benang, akan diperoleh gambar baru.
Bila
dikehendaki gambar berwarna (lebih dari satu warna), yang harus dilakukan
adalah: menarik benang beberapa kali
sesuai dengan jumlah benang
yang dicelupkan pada
warna yang berbeda,
menarik satu kali
tarikan seutas benang yang
dicelupkan pada beberapa
warna, menarik satu
kali tarikan sejumlah benang yang
sudah memiliki warna masing-masing.
3. Inkblot
Bahan yang diperlukan pada kegiatan ini
hampir sama dengan kegiatan
tarikan benang.
Malahan benangnya sendiri pada inkblot
tidak diperlukan.
Prosedur pengerjaannya:
(a) Teteskan
warna yang sudah
disiapkan terlebih dahulu
di atas kertas
yang sudah dialasi koran bekas.
(b) Lipat
kertas tersebut pada tengah-tengah sisi panjangnya.
(c) Kertas yang
sudah dilipat digosok
dengan pinggir telapak
tangan serata mungkin terutama
pada bagian yang ditetesi pewarna.
(d) Buka
lipatan kertasnya! Gambar apa yang terjadi?
(e) Untuk
menghasilkan gambar yang berwarna lebih dari satu, ulangi beberapa kali kegiatan
seperti di atas,
tentu saja warna
yang diteteskan kemudian harus berbeda dengan warna
sebelumnya. Dengan meneteskan -sekaligus-
beberapa warna pada permukaan
kertas, dan kemudian melipat
serta menggosoknya akan dihasilkan pula gambar yang multi warna.
4. Menggambar dengan Tiupan
Bahan
yang diperlukan sama
seperti inkblot, tambahannya
adalah
sebuah sedotan
minuman.
Proses pengerjaannya:
(a) Teteskan cairan pewarna pada kertas yang sudah
diletakkan di atas kertas koran.
(b) Tiuplah tetesan
warna itu dengan menggunakan sedotan.
Sambil meniup, sedotan itu digoyang-goyangkan sehingga tetesan
warna akan menyebar ke berbagai arah.
Usahakan tidak ada ujung tetesan yang masih menggenang. Tiup sampai
habis.
(c) Dengan
meneteskan beberapa warna berbeda
dapat menghasilkan gambar yang
beranekawarna.
5. Cetak Penampang, Daun-daunan, dan Umbi-umbian
Bahan dan alat yang diperlukan: kertas,
pewarna, pelepah daun, buah,
daun-daunan,
umbi-umbian, pisau, cutter, silet, alas pewarna, spon/busa, kapas,
koran bekas.
Proses pengerjaannya:
(a) Pilihlah
penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepah daun atau buah-buahan.
Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah: pelepah daun
pisang, pelepah daun
talas, pelepah daun
pepaya. Buah belimbing dapat pula
dijadikan sebagai acuan cetak.
(b) Potonglah
penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah potongan
bebas. Usahakan agar permukaan
potongan rata. Kerataan permukaan
potongan sangat menentukan hasil cetakannya.
(c) Siapkan
pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan cetaknya.
Bila acuan cetaknya
masih mengeluarkan getah/cairan, cukup disediakan serbuk pewarna saja. Pewarna akan menjadi cair setelah bersatu dengan
cairan acuan cetak. Akan
tetapi bila acuan
cetaknya tidak mengeluarkan cairan,
kita perlu menyediakan
pewarna yang sudah dicampur dengan
air.Pewarna serbuk, cukup
disebarkan pada alas
warna yang bentuknya datar
dan rata misalnya: kaca,
formica, lembaran plastik, piring. Penampang acuan cetak yang
mengandung cairan digosok-gosokan
pada serbuk warna
yang ditaburkan di
alas hingga rata,
maka terjadilah warna yang siap
pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon, atau pada kapas.
(d) Mencetakkan acuan
cetak. Untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini.
1) Penampang
acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna
tadi.
2) Selanjutnya tempelkan
(sambil ditekan) acuan
cetak tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas
koran.
3) Kemudian angkat
acuan cetaknya. Gambar
acuan cetak akan
tertera pada kertas. Untuk
membuat bentuk/gambar yang
sama, lakukan kegiatan seperti yang
dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama
atau yang lain.
4) Acuan
cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus
dengan cara menempelkan acuan
cetak tersebut pada spon/busa,
atau kapas yang sudah diisi pewarna.
Pencetakannya sama seperti pada
pencetakkan acauan cetak
sebelumnya. Demikian pula pengulangan pencetakkannya.
5) Perlu diperhatikan
agar pewarna yang
menempel pada acuan
cetak tidak berlebihan, tidak
pula kekurangan. Bila
hal ini terjadi,
hasil cetakannya tidak akan memuaskan.
Proses pencetakkan daun-daunan dilakukan
sebagai berikut:
(a) Pilihlah
bentuk daun yang menarik serta ukurannya tidak terlalu lebar.
(b) Siapkan
pewarna pada alas warna seperti pada cetak penampang. Usahakan agar keadaan
pewarna pada alas
merata keadaannya, serta
tidak terlalu encer.
(c) Tempelkan
permukaan daun tadi serata mungkin pada alas pewarna.
(d) Selanjutnya permukaan
daun yang sudah
berwarna tadi tempelkan
pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Gosoklah permukaan
daun itu dengan hati-hati. Agar aman
dan leluasa menggosok, simpanlah
kertas di atas permukaan daun
tersebut. Bila mencetakkannya sempurna, bentuk daun serta warna yang dipilih akan
tergambarkan pada kertas.
Pada cetak
umbi-umbian, kita harus
membuat acuan cetak
terlebih dahulu. Umbi-umbian yang
biasa digunakan untuk
acuan cetak diantaranya adalah: ubi jalar, kentang,
talas, wortel, ketela pohon.
Proses kerjanya sebagai berikut:
(a) Potonglah
umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak serata mungkin.
(b) Buatlah
gambar/bentuk pada permukaan potongan yang rata tadi.
(c) Selanjutnya hilangkan
atau rendahkan bagian
permukaan yang nantinya tidak akan
memindahkan gambar/bentuk dengan
jalan mengerat atau menorehnya.
(d) Siapkan
pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun sebaiknya lihat kembali proses pencetakan
penampang yang basah dan yang
kering. Pada cetak umbi-umbian-pun berlaku hal
seperti itu, karena
ternyata ada umbi-umbian yang
masih mengandung cairan
dan sebaliknya. Oleh
sebab itu untuk acuan
cetak dari umbi-umbian
yang masih basah,
gunakan serbuk warna. Sedangkan
untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna harus
dicampur dahulu dengan
air. Sekali lagi
tata cara pencetakkannya lihat
proses cetak penampang.
Perlu diperhatikan
agar pada proses
cetak ini (penampang,
daun-daunan, dan umbi-umbian),
digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik hasilnya.
6. Cetak sablon
Alat dan
bahan yang dibutuhkan:
pisau, cutter, gunting,
kuas, kapas,
spon/busa,
sisir, sikat gigi, kertas, pewarna, koran bekas, dan tempat pewarna.
Proses
pengerjaannya:
(a) Membuat acuan
cetak dari kertas:
buatlah gambar/bentuk untuk
acuan cetaknya. Torehlah kontur/pinggir gambar tadi sampai tembus.
(b) Siapkan pewarna. Buatlah campuran warna pada
tempat yang disediakan. Pewarna pada proses sablon ini
sama dengan pewarna yang digunakan pada proses
cetak sebelumnya. Kita dapat
menggunakan cat air,
ontan/sepuhan, pewarna kue cair, atau pewarna alam yang sudah disebutkan
sebelumnya.
(c) Letakkan
acuan cetak di
atas kertas yang masih utuh.
Acuan cetak harus menempel serapat-rapatnya agar
tidak terjadi kebocoran
pada saat pemulasan/pencetakkan.
Sebaiknya kertas tersebut dialasi kertas koran.
(d) Ambil kuas,
celupkan ke pewarna,
selanjutnya pulaskan pada
acuan yang ditoreh tadi.Bila
pewarnaan menggunakan kapas atau spon yang dicelupkan pada pewarna,
tentu saja tidak
dipulaskan seperti kuas
namun kapas atau spon itu ditekan-tekankan pada lubang
acuan cetaknya.
Cara sederhana lainnya kita gunakan sikat gigi dan sisir
untuk memberi warna
hasil cetakan.
Dengan menggosokkan sikat gigi yang terlebih dahulu dicelupkan
ke pewarna pada
sisir, akan terjadi cipratan pewarna yang akan melalui lubang-
lubang acuan
cetaknya. Hasil cetak berwarna pada
proses ini dapat diatur pada
saat memulaskan
atau menyemprotkan pewarna. Bidang mana serta warna apa
yang dipilih
bergantung pada pilihan masing-masing.
7. Monoprint
Alat dan bahan yang diperlukan: rol karet,
pewarna, alas pewarna (kaca,
permukaan benda
yang rata dan licin), dan kertas.
Prosedur
pengerjaan:
(a) Siapkan
pewarna. Pewarna pada proses monoprint biasanya lebih kental dan agak lengket bila dibanding dengan pewarna yang digunakan pada proses cetak lainnya. Pewarna yang berbentuk serbuk
(ontan/sepuhan) ditaburkan di atas alas pewarna yang permukaannya datar
dan ukurannya cukup lebar, campurkan sedikit
air dan tambahkan
glycerine beberapa tetes
diaduk dengan rol karet/plastik (digelindingkan) hingga rata.
(b) Siapkan pula
rol karet/plastik sederhana
bisa dibuat dari
bahan yang sederhana pula.
Caranya sebagai berikut:
siapkan slang plastik
yang berdiameter ¾ inchi sepanjang
15 cm, isi
bagian dalam slang
itu dengan kayu yang bulat lubangi
masing-masing ujung kayu itu ditengahnya setelah sebelumnya dirapikan
dahulu potongannya, gunakan
kawat jemuran yang agak besar untuk as dan sekaligus
pegangan rol tersebut.
(c) Setelah
keadaan pewarna cukup merata pada alasnya, simpan kertas kosong di atasnya.
Jangan ditekan.
(d) Gambari
kertas tersebut dengan benda yang agak runcing, pinsil, ballpoint, atau yang
lainnya. Tekanan benda tadi akan mengakibatkan warna yang ada pada alas pewarna
akan berpindah menempel pada kertas.
(e) Gambar
yang terjadi akan terbalik keadaannya.
8. Finger Painting (lukisan jari tangan)
Bahan
yang diperlukan: kertas
gambar, hvs, atau
sejenisnya, bubur
terigu, pewarna, kertas koran bekas, dll.
Prosedur
pengerjaan:
(a) Letakkan kertas gambar atau sejenisnya di
atas alas koran.
(b) Selanjutnya
letakkan bubur terigu
di atas kertas
gambar tersebut
secukupnya. (Bubur
terigu dibuat dari 2 bagian
tepung terigu dicampur
5
bagian air,
diaduk rata, selanjutnya
dipanaskan di atas
api sampai
―matang‖).
(c) Campurkan
pewarna pada bubur
yang diletakkan pada
kertas, kemudian
aduk hingga
rata.
(d)
Mulailah menggambar dengan
jari-jari tangan dengan
cara menekan
menarik,
mendorong, menyeret, bubur berwarna pada kertas tadi.
9. Kolase
Bahan
dan alat yang
diperlukan: kertas gambar,
kertas warna, kertas
limbah, bahan
alam, potongan kain, lem, pinsil, gunting, atau/dan cutter.
Prosedur
pengerjaan:
(a) Buatlah
rancangan/gambar yang akan
diselesaikan dengan kolase
pada
kertas gambar
yang disediakan.
(b) Jiplakkan
bentuk/gambar pada warna
sesuai pilihan, potong/gunting
secermat mungkin.
Kemudian tempelkan bentuk/gambar
tersebut
menggunakan lem
pada tempat yang
sudah dirancang tadi. Warna
yang
digunakan dapat
diambil dari kertas
warna, potongan kain,
limbah
percetakan,
limbah alam (daun, kulit pohon dan sebagainya).
10. Montase
Bahan
dan alat yang
diperlukan: gambar dari majalah/koran/kalender
bekas, atau
reproduksi potret, gunting, cutter, lem.
Prosedur
pengerjaan:
(a) Potonglah
gambar-gambar atau reproduksi
potret dari majalah,
poster,
kalender atau
lainnya mengikuti kontur
gambar/potret tersebut. Gambar
yang dipotong
mungkin hanya bagian tertentu saja.
(b) Susunlah
hasil guntingan tadi
berdasarkan kreasi masing-masing, pada
kertas gambar
yang sudah disediakan.
Susunan gambar tadi
akan
menghasilkan suatu
susunan bentuk yang
baru, dan kadang-kadang
aneh,
lucu, dan
fantastik. Penyusunannya menggunakan lem.
Untuk
memberikan kesan gambar yang
artistik dan fantastik, gambar
montase
ini bisa
dilengkapi dengan goresan
spidol warna, atau
pulasan cat air
pada
bagian tertentu
yang dianggap perlu.
11. Mosaik
Bahan
pokok yang dapat
dimanfaatkan untuk membuat
mosaik ini
sangat
beragam. Bahan tersebut misalnya: potongan kertas,
lempengan kayu,
kaca, potongan
keramik, marmer, biji-bijian, batu-batuan. Alat yang digunakan
untuk
mengerjakan bahan tersebut
disesuaikan dengan jenis
bahan yang akan
ditempelkan, misalnya:
triplekss atau karton
(sebagai bidang dasar),
pensil
(untuk merancang
pola gambar), lem
(kertas, aibon, lem
putih/kayu), cutter
(pisau).
Prosedur
pengerjaan:
(a) Buat rancangan, gambar pada kertas yang
disediakan.
(b) Sediakan bahan yang akan ditempelkan.
(c) Tempelkanlah
bahan-bahan yang sudah
disediakan itu pada
tempat yang
sudah dirancang.
Perlu diingat bahwa ukuran dari bahan yang ditempelkan
umumnya sama.
Pada satu hasil karya mosaik, mungkin saja ada beberapa
kelompok ukuran.
12. Menggambar
Bentuk
Menggambar
bentuk adalah kegiatan
menggambar dengan meniru
kemiripan bentuk
benda model yang disimpan di depan penggambar. Bagi anak
SD kemiripan
tidak selalu harus
seperti memotret, tetapi yang
penting adalah
bagaimana
anak-anak bisa mengekspresikan
ide/gagasan tentang bentuk benda
yang diamatinya
itu. Bahan dan
alat yang diperlukan:
kertas gambar,
benda/model yang
akan digambar, pinsil hitam/pinsil warna/ballpoint/spidol.
Prosedur
pengerjaan:
(a) Tempatkan
benda/model yang akan
digambar di tengah
anak-anak yang
akan menggambar.
(b) Anak-anak
menggambar benda dengan
mencontoh langsung benda
yang
dijadikan
modelnya sesuai posisi mereka.
(c) Penyelesaian
akhir gambar bisa
hanya hitam putih,
hanya dengan pinsil
saja, dengan
ballpoint, atau mungkin dengan pinsil warna.
13. Menggambar
Dekoratif
Menggambar
dekoratif ialah kegiatan
menggambar hiasan (ornamen)
pada kertas
gambar, atau pada
benda tertentu. Sifat
dekoratif pada gambar
menunjukkan
fungsi gambar sebagai hiasan (motif hias).
Bahan dan alat yang
diperlukan:
kertas gambar, pewarna, kuas, pinsil hitam/pinsil warna/spidol.
Prosedur
pelaksanaannya:
(a) Buat
rancangan atau gambar berupa
motif hias/ornamen pada kertas yang
sudah disediakan
atau benda 3 dimensi tertentu.
(b) Motif hias
bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak,
atau geometris.
(c) Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih
saja, atau
berwarna.
(d)
Warna-warna yang digunakan
bisa diambil dari:
pewarna buatan, atau
pewarna
alam.
14. Menggambar
Ilustrasi
Menggambar
ilusrtrasi adalah kegiatan
menggambar dengan tujuan
untuk
melengkapi suatu cerita,
teks, atau sebagai
penjelasan visual dari
suatu
bagian tulisan.
Tulisan yang dimaksudkan
bisa berupa cerita
fiksi ataupun
nonfiksi
(pelajaran, ilmu pengetahuan). Bahan dan
alat yang diperlukan: kertas
gambar, pinsil
hitam, pinsil berwarna, spidol warna, tinta, cat air, kuas cat air.
Prosedur
pelaksanaan.
(a) Membuat
rancangan gambar sesuai
dengan tema. Misalnya kegiatan
yang
berhubungan dengan
pelajaran. Rancangan dibuat
dengan pinsil hitam
pada kertas
gambar.
(b) Penyelesaian
akhir gambar seperti
pada gambar bentuk
atau gambar
dekorasi. Gambar
cukup hitam putih, menggunakan pinsil hitam atau tinta,
dapat juga diselesaikan dengan menggunakan warna.
Warna dapat diambil
dari pinsil
warna, spidol warna, atau cat air.
15. M3 (melipat,
menggunting, menempel)
Kegiatan
melipat, menggunting dan
menempel (M3) merupakan
permainan
menciptakan kreasi bentuk dengan menggunakan bahan kertas (yang
berwarna sebaiknya). Bahan dan alat yang diperlukan: kertas agak
tebal, kertas
berwarna, lem,
gunting/cutter.
Prosedur
pengerjaan:
(a) Ambil
selembar kertas warna.
Lipat di tengah-tengah
sisi panjangnya.
Selanjutnya hasil
lipatan tadi dilipat
lagi pada tengah-tengah
sisi
panjangnya.
(b) Hasil
dua kali lipatan
tadi digunting pada
beberapa tempat. Ada
bagian
yang dibuang.
Bentuk guntingan bergantung pada kreasi masing-masing.
(c) Bila dianggap sudah cukup guntingannya,
lipatan dibuka.
(d) Hasilnya ditempel pada kertas yang agak tebal
menggunakan lem.
(e) Jumlah
lembaran yang ditempel
bervariasi baik dalam
jumlah maupun
warnanya.
Karya M3
(Melipat, menggunting dan menempel)
16. Menganyam
Keterampilan anyam
merupakan kerajinan yang
sudah lama
berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Perkembangan
kerajian ini pada
awalnya memiliki
bentuk sederhana sebagai
karya seni untuk
memenuhi
kebutuhan praktis
sehari-hari, perkembangan berikutnya
kemudian menjadi
benda-benda
sebagai hiasan. Jenis kegiatan anyam ini beraneka ragam baik dari
segi bahan, maupun
jenis motif anyaman yang
digunakan bentuk benda
yang
dihasilkan.
Bahan-bahan yang
sering digunakan orang
untuk kerajinan anyam
berasal dari
bahan baku alam
seperti: bambu, rotan,
mendong,
pandan…..maupun bahan
buatan (sintetis) seperti
kertas, pita plastik
dan
sebagainya. Dari
segi jenis motif
yang digunakan dikenal
nama-nama motif
anyam mata itik, mata kebo, hujan gerimis, daun asam,
katuncar mawur, dsb.
Hasil kegiatan
anyam dapat berbentuk anyaman datar maupun
anyaman bentuk
benda.
Kegiatan kerajinan
anyam di sekolah
dasar dapat dilakukan
pada
jenjang kelas
atas (kelas IV – VI). Pada umumnya kegiatan anyam pada jenjang
pendidikan sekolah
dasar ini banyak
berupa anyam datar,
mengngat
kemampuan siswa masih
terbatas. Selain tiu bahan yang
dapat digunakan juga
disesuaikan
dengan bahan-bahan yang tersedia abaik
bahan baku yang berasal
dari alam maupun
bahan baku buatan yang sudah dijual di masyarakat.
Untuk memudahkan
kita mengajarkan menganyam, maka terlebih
dahulu kita
harus memberikan pengertian dan penjelasan secara teori maupun
secara praktek
kepada siswa yang berkaitan dengan keterampilan ini. Agar tidak
bersifat
verbalisme, kita dapat mengenalkan motif-motif yang dapat dikerjakan
yang disesuaikan
dengan kemampuan anak. Berikut ini
beberapa contoh motif
anyam:
B. Berkarya Seni
Rupa Trimatra
(tiga dimensi)
1. Membutsir
Membutsir
adalah membentuk tanah
liat atau lilin
(plastisin/malam) menjadi
bentuk mainan, patung
kecil atau bentuk
tertentu berdasarkan daya cipta. Sebelum
dibentuk, tanah liat
sebaiknya dibersihkan dahulu
dari butiran batu atau
pasir yang kasar,
lembutkan adonannya dengan
tangan. Jika terlalu lembek biarkan
(diangin-anginkan) hingga kadar airnya
berkurang, dan jika dipegang
tanah tidak lengket
pada tangan kita.
Namun jika menggunakan plastisin (lilin/malam), tidak
akan terjadi masalah pengolahan bahan. Pada tahap pertama, buatlah
bentuk global (dari
benda yang akan
diciptakan), kemudian buatlah
bentuk rincinya setahap demi setahap. Untuk menghaluskan permukaan bentuk,
gunakan alat butsir (dari kawat atau
kayu yang dibuat menyerupai jari tangan).
2. Merangkai
Marangkai
ialah menyusun atau menyambungkan bagian
benda yang
satu ke
benda yang lain
hingga membentuk suatu
komposisi yang utuh
berkesatuan.
Susunan atau rangkaian tersebut menciptakan struktur bentuk, baik
bentuk abstrak
ataupun naturalistis. Benda
yang disusun bisa
berupa buah-
buahan,
sayur-sayuran, bunga-bungaan, benda-benda bekas (limbah: kertas, dus,
kaleng, botol
plastik, kotak korek
api, dsb). Teknik
merangkai bermacam-
macam, ada yang
dihekter, dilem, dipatri, diikat, tergantung dari kebutuhan dan
kemungkinan kekuatan
dari konstruksi susunan
tersebut. Kegiatan in
bisa
berupa kegiatan:
merangkai bunga, merangkai janur,
merangkai manik-manik,
membuat jembatan dari dus bekas, membuat maket
rumah-rumahan dari kotak
korek api, dan
sebagainya.
3. Membuat Topeng Kertas
Membuat
topeng kertas termasuk ke dalam pokok bahasan membentuk. Topeng dapat dibuat
dengan cara: (a) memakai cetakan, dan (b) tidak memakai cetakan. Membuat topeng
yang memakai cetakan, tentu saja tahap pertama ialah membuat model cetakan (dari bahan
lunak, misalnya tanah liat, atau plastisin). Setelah itu
barulah menempeli cetakan itu
dengan lembaran kecil-kecil
kertas koran bekas yang
dibasahi terlebih dulu.
Selanjutnya dibalur lem
putih/kanji untuk kemudian ditempeli
lagi potongan kecil
kertas koran secara
berulang-ulang hingga tebal. Lapisan tempelan
itu bisa 4 atau 5 lapisan. Setiap lapisan dibubuhi lem putih. Setelah sehari kering, barulah kita
lepaskan topeng itu dari cetakan. Perlu
diperhatikan, agar topeng
mudah dibuka dari
cetakan, maka cetakan terlebih
dahulu harus dibalur oleh minyak (stempet, mentega, atau oli). Jika topeng
ingin lebih menarik, tentu saja memerlukan pengecatan. Di sinilah anak-anak juga
melakukan kegiatan menggambar
dekoratif pada permukaan topeng. Jadi dua pokok bahasan
dapat diterapkan pada satu topik kegiatan yaitu membuat topeng.
Cara membuat
topeng yang kedua
lebih mudah karena
tanpa harus membuat cetakan.
Pertama, siapkan bahan
karton tebal (jenis
dupleks atau karton dus bekas)
seukuran kuarto/A4 atu selebar wajah. Setelah itu ukurkanlah kertas itu dengan
lebar wajah anak (yang membuatnya). Jiplak dan guntinglahbentuk dasar wajah
itu. Kini karton tersebut
tinggal digambari dengan
spidol atau cat untuk bentuk
mata, hidung dan mulut. Letak
bagian-bagian wajah ini harus tepat
sesuai wajah yang
membuatnya. Untuk membuat
hidung, perlu ditambah dengan
menempelkan bagian karton lain yang dibentuk limas
segi-3 (seperti bentuk hidung).
Jangan lupa mata
dan hidung dilubangi
dengan pisau/gunting.
Sebagai langkah terakhir
ialah pengecatan topeng.
Proses terakhir ini merupakan
kegiatan menggambar dekoratif, sebab
tujuannya untuk menghiasi topeng wajah dengan spidol warna, cat air, cat
poster, atau krayon.
4. Membuat
Wayang Kertas
Membuat wayang kertas termasuk kegiatan
menggambar dan sekaligus
membentuk.
Teknik membuat wayang kulit dijadikan
sebagai acuan prosedur
kerja. Prosesnya
dimulai dengan penggambaran rancangan pada karton (setebal
kulit, misalnya
dupleks atau karton bekas dus),
pengguntingan pola/rancangan
itu,
menyungging (untuk kulit
atau melubangi kertas dengan
psau atau pahat)
dan yang
terakhir pewarnaan atau
penggambaran (dekoratif) pada
wayang
kertas tersebut
berdasarkan kebebasan berkreasi anak-anak.
C. ORIGAMI (Seni
Melipat Kertas)
Di Jepang,
seni melipat kertas ini dinamakan
Origami. Kertas yang digunakan ialah
kertas tipis (70
– 100 gram)
berukuran bujur sangkar
(segi-4 beraturan sama sisi).
Dengan melipat kertas kita dapat membuat aneka bentuk hiasan dan mainan yang
tiga dimensional, serta mendekati rupa makhluk hidup atau benda sehari-hari
yang akrab dengan lingkungan kita. Oleh karena yang disajikan pada lembaran ini
hanya beberapa contoh
lipatan, maka untuk
memperkayanya, kembangkan
imajinasi dan fantasi
Anda dengan mencoba
menciptakan beberapa bentuk lain
dengan teknik melipat. Ikuti urutan
(berdasarkan nomor) tentang prosedur kerjanya.
C. Berkarya Seni
Kerajinan Simpul
(Makrame)
Makrame berasal
dari bahasa Turki, Ma-kra‟ma atau Miqramah. Seni kerajinan simpul
atau Makrame ialah
bentuk karya seni
kerajinan simpul-menyimpul dengan
menggarap rangkaian benang
pada awal dan
akhir suatu hasil tenunan,
dengan membuat berbagai
simpul pada rantai
benang tersebut sehingga terbentuk
aneka rumbai dan
jumbai. Kerajinan simpul
ini selain bernilai fungsional
juga artistik. Dengan
hanya ikat-mengikat atau
simpul-menyimpul benang, kita akan dapat menghasilkan aneka benda
kerajinan yang menarik, seperti ikat
pinggang, penghias gerabah
hias, tas tangan,
hiasan dinding, alas cangkir,
penggantung tumbuhan hias,
kalung, dan gelang.
Kegiatan simpul Makrame
ini bisa diberikan
kepada anak SD
kelas tinggi, misalnya kelas 5 dan 6.
Pada
bahasan ini kita akan mempelajari dua tahap kegiatan yaitu:
1. Latihan
membuat simpul dasar (simpul kepala, simpul
rantai, simpul mati, simpul tunggal,
simpul ganda, simpul
gordin, simpul ketupat,
simpul lilit panjang)
2. Tuntunan praktik
membuat berbagai benda
pakai yang artistik:
ikat pinggang, gelang, kalung,
hiasan dinding, taplak
meja, tas tangan, penggantung tumbuhan, dan lain-lain.
Mengingat
bahwa kegiatan ini berupa tuntunan praktik kerajinan, maka sebaiknya para
mahasiswa dan guru SD mempelajarinya melalui gambar bagan yang ditampilkan pada
bahasan ini.
1. Latihan Simpul Dasar.
Tali yang digunakan untuk latihan
simpul dasar ini, kita bisa
gunakan
kabel bekas atau
tali bulat yang agak besar/kasar.
Perhatikan dengan seksama
gambar berikut ini.
Simpul
Kepala
Pendidikan Seni
Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa
PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang
Disempurnakan, 2005
84
Simpul Rantai
Simpul
Tunggal
Simpul Ganda
Simpul
Gordin
Pendidikan Seni
Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa
PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang
Disempurnakan, 2005
85
Variasi Simpul
Gordin
Variasi Simpul
gordin
Simpul Ketupat
Simpul Mati
Pendidikan Seni
Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa
PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang
Disempurnakan, 2005
86
Simpul
Pembungkus Simpul
Rantai arah kanan dan kiri
2. Tuntunan
praktik membuat aneka
benda pakai artistik
dengan teknik
Makrame
a. Ikat Pinggang
Bahan yang diperlukan: benang kasar dan
gesper.
Langkah pengerjaannya.
1). Ikat
pada sisi atas
gesper dan tempatkan
dengan kuat pada
tempat
yangletaknya lebih
tinggi daripada kepala
kita, baik saat
kita duduk maupun
berdiri.
2). Sediakan benang kasar 10 utas atau lebih. Panjang setiap utas minimal 500
cm. Lipat
setiap utas sama
panjang dan ikatkan
pada gesper dengan
teknik
simpul kepala.
3). Lakukan
langkah ke-2 beberapa
kali atau isi
sisi bawah gesper
dengan
benang benang
yang diikatkan dengan teknik simpul kepala itu hingga penuh.
4). Pilih
salah satu atau
beberapa teknik simpul
yang serasi dengan
ikat
pinggang,
apalagi jika ikat pinggang
itu dibuat untuk wanita. Malah dapat pula
ditambahkan manik-manik
atau bahan sejenisnya
agar ikat pinggang
tampak
anggun. (Lihat
gambar bagan).
b. Gelang
Bahannya
pilih benang atau
jenis tali yang
lebih bagus baik
warna
maupun kualitasnya,
dan manik-manik atau
sejenisnya yang dapat
memperindah
penampilan gelang yang akan dihasilkan.
Langkah
pengerjaannya:
1) Sediakan
beberapa utas tali
(bisa delapan atau
10 bergantung motif yang
akan kita
pilih) dengan panjangnya
kira-kira sepuluh kali
panjang lingkar
pergelangan.
2) Ikat berkas benang yang telah disiapkan itu
dengan benang yang lebih halus
tetapi kuat tepat di
tengah-tengah berkas itu.
Simpulkan tali pengikat
itu
Pendidikan Seni
Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa
PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang
Disempurnakan, 2005
87
dengan simpul
mati. Tambatkan ujung benang pengikat
itu pada paku atau
apa saja yang
menguatkan berkas benang itu saat dikerjakan.
3) Satukan dengan hati-hati kedua bagian utas
benang untuk selanjutnya mulai
dikerjakan dengan menggunakan berbagai simpul
yang bisa menghasilkan
motif yang
indah.
4) Tambahkan
kepala gelang yang
sedang dibuat itu
beberapa biji manik-
manik sebagai
penghiasnya.
5) Sediakan
kancing untuk menguatkan ujung
pangkal gelang itu. Di
antara
jenis kancing
itu tampaknya yang paling
tepat dipilih adalah
kancing kait
yang terbuat
dari kawat.
b. Kalung
Kalung
dan gelang mempunyai
prinsip kerja yang
sama. Perbedaan
hanya terletak
pada ukurannya saja, kalung lebih panjang daripada gelang.
Bahan yang
dipakai sama dengan bahan untuk gelang.
1) Sediakan
beberapa utas benang
yang telah ditetapkan
ukurannya dan
semuanya sama panjang. Panjangnya tergantung ukuran kalung yang akan
kita buat,
minimal 200 cm.
2) Satukan benang itu menjadi satu berkas dan
simpulkan di tengah-tengahnya
dengan simpul
mati.
3) Ikat berkas benang itu pada simpul mati dan
tambatkan pada paku atau apa
saja agar kita
dengan mudah dapat mengerjakan kalung itu.
4) Ambil
jarak antara 7 sampai 10 cm dari simpul mati yang mempersatukan
berkas benang
itu, untuk kemudian
mulai membuat simpulan-simpulan
untuk mengawali
pembuatan kalung itu dengan mencampur
beberapa jenis
simpul dan
menghiasinya dengan manik-manik.
5) Kerjakan
pula bagian yang
satu lagi dengan motif
yang sama agar
kedua
bagian menjadi
simetris.
6) Satukan
kedua bagian itu
setelah dicapai ukuran
yang memadai dengan
beberapa simpul
yang bagus dengan
dibubuhkan beberapa butir
manik-
manik yang
dicampur dengan teknik jalinan dan simpulan.
7) Rapikan ujung-ujung benang yang tersisa.
c. Alas Gelas
Percobaan membuat alas gelas kita mulai
dengan menggunakan 24 utas
tali yang sama
panjang yaitu lebih kurang 50 cm.
Langkah pembuatannya:
1) Mulai
dari tengah dalam
arti dua berkas
benang yang sama jumlahnya
disimpulkan di
tengahnya. Pilih di
antara simpul gordin
atau sedikit
anyaman yang
ujung-ujungnya disimpulkan sebagai
langkah awal untuk
memulai
menyimpulkannya. Rentangkan ujung-ujung berkas benang yang
telah dijalinkan
atau disimpulkan sehingga membentuk silang.
2) Bubuhkan
satu-persatu benang-benang yang
disediakan di bagian
atas,
bagian bawah,
bagian kiri, dan
bagian kanan dan
ikatkan benang dengan
simpul-simpul
yang serasi.
Pendidikan Seni
Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa
PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang
Disempurnakan, 2005
88
3) Setelah
semua benang yang disediakan
selesai disatukan, simpulkan pada
setiap ujungnyya
dengan simpul tunggal
atau simpul lain
yang serasi.
Akhirnya gunting
ujung benang yang tersisa pada setiap simpulan itu.
d. Hiasan dinding
Bentuk kerajinan yang memerlukan bidang luas
seperti hiasan dinding
ini akan
membuka kemungkinan untuk
memadukan teknik-teknik simpulan
utnuk mencapai
penampilan yang artistik.
Hiasan dinding yang
akan
diperkenalkan ini
adalah hiasan dinding
yang dilengkapi dengan
satu kaitan
saja, yang
dapat kita gunakan
cincin atau sejenisnya
sebagai lubang untuk
mengaitkannya.
Bahan yang
diperlukan berupa: sebuah
cincin dari kawat
atau sejenisnya, tali
berbagai warna,
dan manik-manik atau
sejenisnnya. Dapat pula
dibubuhkan
barang lain
seperti lonceng kecil
atau apa saja
yang serasi untuk
dibubuhkan
kepadanya.
Langkah
pengerjaannya:
1) Potonglah tali menjadi:
2 utas yang
panjangnya 100 cm
2 utas yang
panjangnya 110 cm
2 utas yang
panjangnya 180 cm
4 utas yang
panjangnya 250 cm
2 utas yang
panjangnya 300 cm, dan
4 utas yang
panjangnya 350 cm
Atur sendiri
pemaduan warna pada
setiap kelompok benang
itu agar dicapai
hasil yang lebih
indah.
2) Ambil semua tali yang 350 cm, dan simpulkan
masing-masing di tengahnya
dengan simpul
kepala pada cincin.
3) Bagi dua sama banyak benang-benang yang telah disimpulkan pada cincin
itu dan
simpulkan masing-masing
dengan simpul gordin
hingga mencapai
ukuran yang
sama, misalnya 6 atau 9 cm. Sebagai variasi, kedua kelomppok
tali yang telah
disimppulkan itu dipersatukan dengan simpul lain.
4) Bubuhkan di
tengahnya dua utas tali yang
masing-masing panjangnya 300
cm yang dapat
dilipat dua sama panjang. Simpulkan pula semua benang itu
hingga mencapai
panjang kira-kira 5 cm atau lebih.
5) Bagi
dua sama banyak
benang-benang yang telah
disimpulkan itu,
kemudian buat
simpul-simpul gordin pada
kedua kelompok tali
itu
membentuk hiasan
yang simetris pada bagian kiri dan kanannya. Persatukan
kembali dua
bagian itu dengan jenis simpulan yang lain.
6) Lakukan
cara-cara seperti di atas berkali-kali
hingga tali-tali yang
ditambahkan habis
dan tentunya hiasan
ini semakin ke
bawah semakin
lebar. Setelah
itu rapikan ujung-ujung sisa benangnya.
e. Tas Tangan
Pembuatan
tas tangan merupakan
pengembangan dari pembuatan
hiasan dinding,
sebab pada dasarnya
sama. Jika cincin
diganti dengan gelang
Pendidikan Seni
Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa
PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang
Disempurnakan, 2005
89
atau apa saja
yang berbentuk gelang yang cukup besar ukurannya seperti yang
biasa digunakan
sebagai pegangan tas
tangan, maka tas
tangan merupakan
gabungan dari
bentuk hiasan dinding
yang dibuat sama
motif maupun
ukurannya. Bentuknya
dapat diatur dengan
mengatur penambahan tali-tali
seperti yang
dilakukan saat kita membuat hiasan dinding.
f. Taplak Meja
Seperti
juga tas tangan,
taplak meja merupakan
pengembangan alas
gelas. Jika
pembuatan alas gelas diteruskan hingga mencapai ukuran yang lebih
besar ukurannya,
maka yang jadi adalah taplak meja.
Bentuknya apakah
bujursangkar atau persegi
sempat bergantung
keinginan
pembuatnya sendiiri dan tentunya bergantung pada bentuk daun meja
yang akan kita
tutup dengan taplak yang akan kita buat itu. Setelah pengalaman
kita bervariasi,
maka membuat penggantung tumbuhan hias,
menghias gerabah
dengan teknik
simpul, atau malah membuat rompi buat wanita atau tutup kepala
tidak sulit
untuk dikerjakan pokoknya jika ada kemauan pasti ada jalan. Sebagai
contoh lihat
gambar bagan.
E. Aspek
Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa
Salah satu
aspek pembelajaran yang
cukup penting adalah
apresiasi.
Dalam bahasa
sederhana, apresiasi berarti
menerima, menghargai melalui
proses yang
melibatakan rasa dan fikir. Apresiasi seni di masyarakat kita, juga
di dalam
kelas, sampai saat
ini masih terbatas sekali dalam arti belum banyak
dikembangkan.
Sesungguhnya pada masa
sekarang, anak-anak memiliki lebih
banyak
peluang untuk
meningkatkan apresiasi dibandingkan
dengan zaman dahulu.
Kini teknologi
elektronika, khususnya reproduksi
dan percetakan sudah maju.
Karya-karya terkenal
dapat diperlihatkan guru
kepada para siswa
di sekolah.
Pameran-pameran
seni juga lebih sering diselenggarakan.
Tetapi yang
lebih penting lagi,
peningkatan apresiasi dapat
dilakukan
dari tingkat
dasar yang sederhana,
dari karya-karya siswa
sendiri dan teman-
temannya, dilakukan
guru di dalam
kelas. Peningkatan kepekaan
apresiasi
merupakan
gabungan antara aspek : mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan),
melalui teknik
bertanya dan menunjukkan
unsur-unsur menarik dari
suatu
karya.
Secara lebih
luas, apresiasi dilakukan bukan hanya
terhadap karya seni
tetapi juga
terhadap keindahan di alam. Siswa diajak ―melihat‖ keindahan yang
ada di
mana-mana. Keindahan atau kemenarikan
hasil karya ditunjukkan guru
(lebih tepat:
disarankan), dengan catatan
bukan mutlak harus
diterima siswa.
Dengan banyaknya
melihat unsur-unsur yang
indah/artistik, maka terciptalah
pola gambaran
mental pada dirinya tentang apa-apa yang dianggap kebanyakan
orang sebagai
hal yang indah/seni.
Selanjutnya ia akan
memilih, hal-hal apa
yang secara
individual menarik bagi dirinya.
Di sinilah letak kebebasan siswa
untuk menerima
atau menolak, menyenangi atau
kurang menyenangi sesuatu
Pendidikan Seni
Rupa & Kerajinan untuk mahasiswa
PGSD/PGTK, Guru SD/TK
Edisi Yang
Disempurnakan, 2005
90
yang memungkinkan
dirinya memiliki kepekaan individual
(sebagai apresiator)
maupun gaya
individual (jika ia berkarya).
Diskusi tentang
aspek-aspek desain (harmoni,
keseimbangan, ritme,
kesatuan, pusat
perhatian, dsb) akan membentuk kesadaran kualitas baik-buruk
karya seni dan
dengan begitu apresiasi seni akan terbentuk (Lowenfeld, 1982).
Hal-hal yang
dibicarakan meliputi antara lain :
1. Judul-judul
atau objek yang
digambarkan: apa yang
tampak, apa
yang aneh,
apa yang menarik.
Pada tahap usia
SD, yang disukai
anak tentu
saja penggambaran secara visual yang ―hidup‖, bukan
karya-karya
abstrak atau yang memerlukan renungan mendalam.
2. Warna.
Dipertanyakan mana yang
disukai, mana warna
yang
kurang kuat
(kabur), mana yang aneh.
3. Penempatan. Dipertanyakan, bagaimana
kesesuaian ukuran gambar
dengan bidang
gambar, distimulasi perlunya
keseimbangan, untuk
meningkatkan
kepekaan komposisi.
4. Pemanfaatan
media. Dipertanyakan kemungkinan-kemungkinan
teknik penggunaan
media, sifat khas
media serta cara-cara
orang
lain yang
berhasil menggunakannya.
Perlu dikemukakan
di sini bahwa
pengembangan apresiasi seni
untuk
SD
hendaknya lebih diutamakan
secara terpadu dengan kegiatan praktek, jadi
bukan tersendiri
misalnya dua jam pelajaran memberi ceramah tentang macam-
macam seni.