Minggu, 05 Agustus 2012

SENI RUPA

Aneka Kegiatan
Berkarya Seni Rupa


  Jenis  kegiatan  dalam  Kerajinan  Tangan  dan  Kesenian  (KTK  atau
Kertakes)  sangat  beragam.  Untuk  itu  marilah  kita  pelajari  beberapa  variasi
kegiatan  yang  semestinya  kegiatan  ini  diujicoba  oleh  para  guru  sebelum
memberikannya  kepada  anak-anak  Sekolah Dasar. Dengan mencoba  berbagai
jenis kegiatan  ini, para guru akan menemukan keunikan, kekhasan, dan hal-hal
yang perlu disampaikan dalam tuntutan berkarya. Sehingga kegiatan pendidikan
kesenian menjadi  lebih menggairahkan anak, dan guru tidak kerepotan mencari
materi  kegiatan.  Tetapi  tetap  saja  kreativitas  guru  dituntut  lebih  berkembang
dalam  melakukan  strategi  pembelajaran  yang  ersifat  membangun  kreativitas
siswa.
  Untuk membantu  para  guru  dan  calon  guru menentukan  dan memilih
kegiatan  seni  rupa,  berikut  ini  dijelaskan  secara  garis  besar  beberapa  jenis
kegiatan atau materi praktik pendidikan senirupa.


A. Berkarya Seni Rupa Dwimatra 
    (dua dimensi)

1.  Membatik Sederhana

  Bahan  dan  alat  yang  diperlukan:  lilin,  krayon,  pewarna,  kertas,  kuas
sederhana,  tempat air/pewarna, dan koran bekas.
Prosedur pengerjaannya:
(a)    Membuat  kuas  sederhana  dari  kapas  dengan  lidi  atau  tusuk  sate  sebagai tangkainya.  Kuas  itu  dibuat  dengan  cara melilitkan  sejumlah  kapas  pada salah satu ujung lidi atau tusuk sate, besarnya kurang  lebih sebesar ibu  jari orang dewasa. Supaya tidak lepas, ujung lilitan kapas diikat dengan tali atau benang. Buat 3 buah kuas.  
(b)   Menyiapkan  pewarna.  Pewarna  yang  dapat  digunakan  pada  kegiatan membatik  sederhana  ini  ada  yang  tergolong  pada  pewarna  buatan  dan pewarna  alam.  Yang  termasuk  pewarna  buatan  di  antaranya:  cat  air, ontan/sepuhan  (berbentuk  serbuk),  pewarna  kue  cair.  Kunyit,  daun  suji, buah ganola, gambir adalah sebagian dari bahan pewarna alam.  Bila  sudah ditentukan pewarna mana yang akan digunakan,buatlah  larutan nya pada tempat pewarna yang sudah disediakan.  Usahakan  larutan  pewarna  tersebut  tidak  terlalu  encer.  Siapkan  beberapa macam  warna,  hal  ini  akan  diperlukan  bila  akan  membuat  gambar  yang memiliki banyak warna atau membuat campuran warna.
(c)    Membuat gambar.   Buatlah gambar dengan  lilin di atas kertas yang  sudah disediakan. Kertas yang digunakan diantaranya: kertas gambar, kertas hvs, stensil. Tentu saja gambar tidak akan kelihatan.
(d)   Memunculkan  gambar.    Letakkan  kertas  yang  sudah  digambari  di  atas kertas koran. Pulaslah kertas  tersebut dengan kuas sederhana yang  terlebih dahulu  dicelupkan  pada  larutan  pewarna.  Pemulasan  dapat  hanya  dengan satu warna, bisa pula beberapa warna bergantung pada pilihan.   Bila pada saat  menggambar  menggunakan  lilin  penerangan  yang  berwarna  putih, maka garis-garis gambar  akan berwarna putih. Apabila dikehendaki  garis-garis gambar berwarna, pada saat menggambari kertas harus menggunakan krayon berwarna.


2.  Tarikan Benang

    Bahan  dan  alat  yang  diperlukan:  benang  kasur,  pewarna,  kertas
HVS/gambar, koran bekas (alas meja), tempat pewarna(wadah air kecil). 
  Prosedur pengerjaan:
(a)    Siapkan adonan pewarna seperti pada proses batik sederhana. 
(b)   Ambil  benang  kasur  sepanjang  40  –  45  cm.  Celupkan  sebagian  besar benang  tersebut  pada  larutan  pewarna.  Kalau  larutan  pewarna  dirasakan terlalu banyak menempel pada benang, sebaiknya diperas dahulu. Pewarna yang terlalu banyak menempel pada benang akan mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan.
(c)    Letakkan  benang  tersebut  pada  kertas  yang  sudah  diletakkan  di  atas  alas koran.  Apakah  letak  benang  mau  diatur  atau  bebas  bergantung  pembuat. Ujung benang yang tidak terkena warna, harus ada di luar bidang kertas.
(d)   Lipatlah kertas tadi di tengah-tengah sisi panjangnya.
(e)    Sambil menekan  kertas  dengan  salah  satu  telapak  tangan,  tariklah  benang sampai keluar dari lipatan kertas. Arah tarikan bebas.
(f)    Buka lipatan kertas. Gambar apa yang terjadi?
(g)   Untuk  menghasilkan  beberapa  bentuk  dalam  satu  bidang  gambar/  kertas, lakukan  kegiatan  yang  sama  seperti  di  atas.  Dengan  mengubah  letak benang, akan diperoleh gambar baru. 
Bila dikehendaki gambar berwarna (lebih dari satu warna), yang harus dilakukan adalah: menarik benang beberapa kali  sesuai dengan  jumlah benang yang  dicelupkan  pada  warna  yang  berbeda,  menarik  satu  kali  tarikan  seutas benang  yang  dicelupkan  pada  beberapa  warna,  menarik  satu  kali  tarikan sejumlah benang yang sudah memiliki warna masing-masing.  


3.  Inkblot

    Bahan yang diperlukan pada kegiatan ini hampir sama dengan kegiatan
tarikan benang. Malahan benangnya sendiri pada inkblot  tidak diperlukan.
    Prosedur pengerjaannya: 
(a)    Teteskan warna  yang  sudah  disiapkan  terlebih  dahulu  di  atas  kertas  yang sudah dialasi koran bekas.
(b)   Lipat kertas tersebut pada tengah-tengah sisi panjangnya.
(c)    Kertas  yang  sudah  dilipat  digosok  dengan  pinggir  telapak  tangan  serata mungkin terutama pada bagian yang ditetesi pewarna.
(d)   Buka lipatan kertasnya! Gambar apa yang terjadi?
(e)    Untuk menghasilkan gambar yang berwarna lebih dari satu, ulangi beberapa kali  kegiatan  seperti  di  atas,  tentu  saja  warna  yang  diteteskan  kemudian harus berbeda dengan warna sebelumnya.  Dengan meneteskan  -sekaligus-  beberapa warna  pada  permukaan    kertas,  dan kemudian melipat serta menggosoknya akan dihasilkan pula gambar yang multi warna. 

4.  Menggambar dengan Tiupan

    Bahan  yang  diperlukan  sama  seperti  inkblot,  tambahannya  adalah
sebuah sedotan minuman.
    Proses pengerjaannya:
(a)    Teteskan  cairan pewarna pada kertas yang  sudah  diletakkan  di  atas kertas koran.
(b)   Tiuplah  tetesan  warna  itu  dengan menggunakan  sedotan.  Sambil meniup, sedotan itu digoyang-goyangkan sehingga tetesan warna  akan menyebar ke berbagai arah. Usahakan  tidak ada ujung  tetesan yang masih menggenang. Tiup sampai habis.
(c)    Dengan meneteskan  beberapa warna  berbeda  dapat menghasilkan  gambar yang beranekawarna. 


5.  Cetak Penampang, Daun-daunan, dan Umbi-umbian

    Bahan dan alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, buah,
daun-daunan, umbi-umbian, pisau, cutter, silet, alas pewarna, spon/busa, kapas,
koran bekas.
    Proses pengerjaannya:
(a)    Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepah daun atau buah-buahan. Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah: pelepah  daun  pisang,  pelepah  daun  talas,  pelepah  daun  pepaya.  Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.
(b)   Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah  potongan  bebas. Usahakan  agar  permukaan  potongan  rata. Kerataan permukaan potongan sangat menentukan hasil cetakannya.
(c)    Siapkan pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan  cetaknya.  Bila  acuan  cetaknya  masih  mengeluarkan  getah/cairan, cukup disediakan  serbuk pewarna  saja. Pewarna akan menjadi cair  setelah bersatu  dengan  cairan  acuan  cetak. Akan  tetapi  bila  acuan  cetaknya  tidak mengeluarkan  cairan,  kita  perlu  menyediakan  pewarna  yang  sudah dicampur  dengan  air.Pewarna  serbuk,  cukup  disebarkan  pada  alas  warna yang  bentuknya  datar  dan  rata misalnya:  kaca,  formica,  lembaran  plastik, piring. Penampang acuan cetak yang mengandung  cairan digosok-gosokan pada  serbuk  warna  yang  ditaburkan  di  alas  hingga  rata,   maka  terjadilah warna yang siap pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon, atau pada kapas.
(d)   Mencetakkan  acuan  cetak.  Untuk  mendapatkan  hasil  yang  memuaskan ikutilah petunjuk ini. 
1)      Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna tadi.
2)      Selanjutnya  tempelkan  (sambil  ditekan)  acuan  cetak  tersebut  pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.
3)      Kemudian  angkat  acuan  cetaknya.  Gambar  acuan  cetak  akan  tertera pada  kertas.  Untuk  membuat  bentuk/gambar  yang  sama,  lakukan kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama atau yang lain.
4)      Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus dengan  cara menempelkan  acuan  cetak  tersebut pada spon/busa, atau kapas yang  sudah diisi pewarna. Pencetakannya  sama seperti  pada  pencetakkan  acauan  cetak  sebelumnya.  Demikian  pula pengulangan pencetakkannya.
5)      Perlu  diperhatikan  agar  pewarna  yang  menempel  pada  acuan  cetak tidak  berlebihan,  tidak  pula  kekurangan.  Bila  hal  ini  terjadi,  hasil cetakannya tidak akan memuaskan.

     Proses pencetakkan daun-daunan dilakukan sebagai berikut:
(a)    Pilihlah bentuk daun yang menarik serta ukurannya tidak terlalu lebar. 
(b)   Siapkan pewarna pada alas warna seperti pada cetak penampang. Usahakan agar  keadaan  pewarna  pada  alas  merata  keadaannya,  serta  tidak  terlalu encer.
(c)    Tempelkan permukaan daun tadi serata mungkin pada alas pewarna.
(d)   Selanjutnya  permukaan  daun  yang  sudah  berwarna  tadi  tempelkan  pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Gosoklah permukaan daun  itu dengan  hati-hati. Agar  aman  dan  leluasa menggosok,  simpanlah  kertas  di atas permukaan daun tersebut. Bila mencetakkannya sempurna, bentuk daun serta warna yang dipilih akan tergambarkan pada kertas.  
Pada  cetak  umbi-umbian,  kita  harus  membuat  acuan  cetak  terlebih dahulu.  Umbi-umbian  yang  biasa  digunakan  untuk  acuan  cetak  diantaranya adalah: ubi jalar, kentang, talas, wortel, ketela pohon. 
    Proses kerjanya sebagai berikut:
(a)    Potonglah umbi yang sudah dipilih untuk acuan cetak serata mungkin. 
(b)   Buatlah gambar/bentuk pada permukaan potongan yang rata tadi. 
(c)    Selanjutnya  hilangkan  atau  rendahkan  bagian  permukaan  yang  nantinya tidak  akan  memindahkan  gambar/bentuk  dengan  jalan  mengerat  atau menorehnya. 
(d)   Siapkan pewarna sebelum melakukan pencetakkan. Namun sebaiknya  lihat kembali proses pencetakan penampang  yang basah dan  yang  kering. Pada cetak umbi-umbian-pun berlaku  hal  seperti  itu,  karena  ternyata  ada umbi-umbian  yang  masih  mengandung  cairan  dan  sebaliknya.  Oleh  sebab  itu untuk  acuan  cetak  dari  umbi-umbian  yang  masih  basah,  gunakan  serbuk warna. Sedangkan untuk acuan cetak dari umbi-umbian yang sudah kering, pewarna  harus  dicampur  dahulu  dengan  air.  Sekali  lagi  tata  cara pencetakkannya lihat proses cetak penampang.
            Perlu  diperhatikan  agar  pada  proses  cetak  ini  (penampang,  daun-daunan,  dan umbi-umbian), digunakan alas yang agak empuk. Alas yang keras kurang baik hasilnya. 


6.  Cetak sablon

Alat  dan  bahan  yang  dibutuhkan:  pisau,  cutter,  gunting,  kuas,  kapas,
spon/busa, sisir, sikat gigi, kertas, pewarna, koran bekas, dan tempat pewarna.
Proses pengerjaannya:
(a)    Membuat  acuan  cetak  dari  kertas:  buatlah  gambar/bentuk  untuk  acuan cetaknya. Torehlah kontur/pinggir gambar tadi sampai tembus.
(b)   Siapkan  pewarna. Buatlah  campuran warna  pada  tempat  yang  disediakan. Pewarna pada proses sablon ini sama dengan pewarna yang digunakan pada proses  cetak  sebelumnya. Kita dapat menggunakan  cat  air,  ontan/sepuhan, pewarna kue cair, atau pewarna alam yang sudah disebutkan sebelumnya. 
(c)     Letakkan  acuan  cetak  di  atas kertas yang masih utuh.   Acuan  cetak  harus menempel  serapat-rapatnya  agar  tidak  terjadi  kebocoran  pada  saat pemulasan/pencetakkan. Sebaiknya kertas tersebut dialasi kertas koran. 
(d)   Ambil  kuas,  celupkan  ke  pewarna,  selanjutnya  pulaskan  pada  acuan  yang ditoreh tadi.Bila pewarnaan menggunakan kapas atau spon yang dicelupkan pada  pewarna,  tentu  saja  tidak  dipulaskan  seperti  kuas  namun  kapas  atau spon itu ditekan-tekankan pada lubang acuan cetaknya.

Cara sederhana  lainnya kita gunakan sikat gigi dan sisir untuk memberi warna
hasil cetakan. Dengan menggosokkan sikat gigi yang terlebih dahulu dicelupkan
ke pewarna pada sisir, akan terjadi cipratan pewarna yang akan melalui lubang-
lubang acuan cetaknya.  Hasil cetak berwarna pada proses ini dapat diatur pada
saat memulaskan atau menyemprotkan pewarna. Bidang mana serta warna apa
yang dipilih bergantung pada pilihan masing-masing.


7.  Monoprint

  Alat dan bahan yang diperlukan: rol karet, pewarna, alas pewarna (kaca,
permukaan benda yang rata dan  licin),  dan kertas.
Prosedur pengerjaan:
(a)    Siapkan pewarna. Pewarna pada proses monoprint biasanya lebih kental dan agak  lengket bila dibanding  dengan pewarna yang  digunakan pada proses cetak  lainnya. Pewarna yang berbentuk  serbuk  (ontan/sepuhan) ditaburkan di atas alas pewarna yang permukaannya datar dan ukurannya cukup  lebar, campurkan  sedikit  air  dan  tambahkan  glycerine  beberapa  tetes  diaduk dengan rol karet/plastik (digelindingkan) hingga rata.
(b)   Siapkan  pula  rol  karet/plastik  sederhana  bisa  dibuat  dari  bahan  yang sederhana  pula.  Caranya  sebagai  berikut:  siapkan  slang  plastik  yang berdiameter ¾  inchi  sepanjang  15  cm,  isi  bagian  dalam  slang  itu  dengan kayu yang bulat lubangi masing-masing ujung kayu itu ditengahnya setelah sebelumnya  dirapikan  dahulu  potongannya,  gunakan  kawat  jemuran  yang agak besar untuk as dan sekaligus pegangan rol tersebut. 
(c)    Setelah keadaan pewarna cukup merata pada alasnya, simpan kertas kosong di atasnya. Jangan ditekan.
(d)   Gambari kertas tersebut dengan benda yang agak runcing, pinsil, ballpoint, atau yang lainnya. Tekanan benda tadi akan mengakibatkan warna yang ada pada alas pewarna akan berpindah menempel pada kertas. 
(e)    Gambar yang terjadi akan terbalik keadaannya.
8.  Finger Painting (lukisan jari tangan)

  Bahan  yang  diperlukan:  kertas  gambar,  hvs,  atau  sejenisnya,  bubur
terigu,  pewarna, kertas koran bekas, dll.
Prosedur pengerjaan:
(a)  Letakkan kertas gambar atau sejenisnya di atas alas koran.
(b)  Selanjutnya  letakkan  bubur  terigu  di  atas  kertas  gambar  tersebut
secukupnya.  (Bubur  terigu  dibuat  dari  2  bagian  tepung  terigu  dicampur  5
bagian  air,  diaduk  rata,  selanjutnya  dipanaskan  di  atas  api  sampai
―matang).
(c)  Campurkan  pewarna  pada  bubur  yang  diletakkan  pada  kertas,  kemudian
aduk hingga rata.
(d) Mulailah  menggambar  dengan  jari-jari  tangan  dengan  cara  menekan
menarik, mendorong, menyeret, bubur berwarna pada kertas tadi.




9.  Kolase

  Bahan  dan  alat  yang  diperlukan:  kertas  gambar,  kertas  warna,  kertas
limbah, bahan alam, potongan kain, lem, pinsil, gunting, atau/dan cutter.
Prosedur pengerjaan:
(a)  Buatlah  rancangan/gambar  yang  akan  diselesaikan  dengan  kolase  pada
kertas gambar yang disediakan.
(b)  Jiplakkan  bentuk/gambar  pada  warna  sesuai  pilihan,  potong/gunting
secermat  mungkin.  Kemudian  tempelkan  bentuk/gambar  tersebut
menggunakan  lem  pada  tempat  yang  sudah  dirancang  tadi. Warna  yang
digunakan  dapat  diambil  dari  kertas  warna,  potongan  kain,  limbah
percetakan, limbah alam (daun, kulit pohon dan sebagainya).



10. Montase

  Bahan  dan  alat  yang  diperlukan:  gambar  dari majalah/koran/kalender
bekas, atau reproduksi potret, gunting, cutter, lem.
Prosedur pengerjaan:
(a)  Potonglah  gambar-gambar  atau  reproduksi  potret  dari  majalah,  poster,
kalender  atau  lainnya  mengikuti  kontur  gambar/potret  tersebut.  Gambar
yang dipotong mungkin hanya bagian tertentu saja.
(b)  Susunlah  hasil  guntingan  tadi  berdasarkan  kreasi  masing-masing,  pada
kertas  gambar  yang  sudah  disediakan.  Susunan  gambar  tadi  akan
menghasilkan  suatu  susunan  bentuk  yang  baru,  dan  kadang-kadang  aneh,
lucu, dan fantastik. Penyusunannya menggunakan lem.
Untuk memberikan  kesan  gambar yang  artistik dan  fantastik, gambar montase
ini  bisa  dilengkapi  dengan  goresan  spidol  warna,  atau  pulasan  cat  air  pada
bagian tertentu yang dianggap perlu.




11. Mosaik

  Bahan  pokok  yang  dapat  dimanfaatkan  untuk  membuat  mosaik  ini
sangat beragam.   Bahan  tersebut misalnya: potongan  kertas,  lempengan  kayu, 
kaca, potongan keramik, marmer, biji-bijian, batu-batuan. Alat yang digunakan
untuk mengerjakan  bahan  tersebut  disesuaikan  dengan  jenis  bahan  yang  akan
ditempelkan,  misalnya:  triplekss  atau  karton  (sebagai  bidang  dasar),  pensil
(untuk  merancang  pola  gambar),  lem  (kertas,  aibon,  lem  putih/kayu),  cutter
(pisau).
Prosedur pengerjaan:
(a)  Buat rancangan, gambar pada kertas yang disediakan.
(b)  Sediakan bahan yang akan ditempelkan.
(c)  Tempelkanlah  bahan-bahan  yang  sudah  disediakan  itu  pada  tempat  yang
sudah dirancang. Perlu diingat bahwa ukuran dari bahan yang ditempelkan
umumnya sama. Pada satu hasil karya mosaik, mungkin saja ada beberapa
kelompok ukuran.


 

12. Menggambar Bentuk

  Menggambar  bentuk  adalah  kegiatan  menggambar  dengan  meniru
kemiripan bentuk benda model yang disimpan di depan penggambar. Bagi anak
SD  kemiripan  tidak  selalu  harus  seperti memotret,  tetapi  yang  penting  adalah
bagaimana anak-anak bisa mengekspresikan  ide/gagasan  tentang bentuk benda
yang  diamatinya  itu.  Bahan  dan  alat  yang  diperlukan:  kertas  gambar,
benda/model yang akan digambar, pinsil hitam/pinsil warna/ballpoint/spidol.
Prosedur pengerjaan:
(a)  Tempatkan  benda/model  yang  akan  digambar  di  tengah  anak-anak  yang
akan menggambar.
(b)  Anak-anak  menggambar  benda  dengan  mencontoh  langsung  benda  yang
dijadikan modelnya sesuai posisi mereka.
(c)  Penyelesaian  akhir  gambar  bisa  hanya  hitam  putih,  hanya  dengan  pinsil
saja, dengan ballpoint, atau mungkin dengan pinsil warna.



13. Menggambar Dekoratif

  Menggambar  dekoratif  ialah  kegiatan  menggambar  hiasan  (ornamen)
pada  kertas  gambar,  atau  pada  benda  tertentu.  Sifat  dekoratif  pada  gambar
menunjukkan fungsi gambar sebagai hiasan (motif hias).   Bahan dan alat yang
diperlukan: kertas gambar, pewarna, kuas, pinsil hitam/pinsil warna/spidol.
Prosedur pelaksanaannya:
(a)  Buat  rancangan  atau gambar berupa motif  hias/ornamen pada  kertas yang
sudah disediakan atau benda 3 dimensi tertentu.
(b) Motif hias bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak,
atau geometris.
(c)  Penyelesaian akhir gambar  seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih
saja, atau berwarna.
(d) Warna-warna  yang  digunakan  bisa  diambil  dari:  pewarna  buatan,  atau
pewarna alam. 



14. Menggambar Ilustrasi

  Menggambar  ilusrtrasi  adalah  kegiatan  menggambar  dengan  tujuan
untuk melengkapi  suatu  cerita,  teks,  atau  sebagai  penjelasan  visual  dari  suatu
bagian  tulisan.  Tulisan  yang  dimaksudkan  bisa  berupa  cerita  fiksi  ataupun
nonfiksi (pelajaran,  ilmu pengetahuan). Bahan dan alat yang diperlukan: kertas
gambar, pinsil hitam, pinsil berwarna, spidol warna, tinta, cat air, kuas cat air.
Prosedur pelaksanaan.
(a)  Membuat  rancangan  gambar  sesuai  dengan  tema. Misalnya  kegiatan  yang
berhubungan  dengan  pelajaran.    Rancangan  dibuat  dengan    pinsil  hitam
pada kertas gambar. 
(b)  Penyelesaian  akhir  gambar  seperti  pada  gambar  bentuk  atau  gambar
dekorasi. Gambar cukup hitam putih, menggunakan pinsil hitam atau  tinta,
dapat  juga diselesaikan dengan menggunakan warna. Warna dapat diambil
dari pinsil warna, spidol warna, atau cat air. 





15. M3 (melipat, menggunting, menempel)

  Kegiatan  melipat,  menggunting  dan  menempel  (M3)  merupakan
permainan menciptakan kreasi bentuk dengan menggunakan bahan kertas (yang
berwarna sebaiknya).  Bahan dan alat yang diperlukan: kertas agak tebal, kertas
berwarna, lem, gunting/cutter.
Prosedur pengerjaan:
(a)  Ambil  selembar  kertas  warna.  Lipat  di  tengah-tengah  sisi  panjangnya.
Selanjutnya  hasil  lipatan  tadi  dilipat  lagi  pada  tengah-tengah  sisi
panjangnya.
(b)  Hasil  dua  kali  lipatan  tadi  digunting  pada  beberapa  tempat.  Ada  bagian
yang dibuang. Bentuk guntingan bergantung pada kreasi masing-masing.  
(c)  Bila dianggap sudah cukup guntingannya, lipatan dibuka.
(d)  Hasilnya ditempel pada kertas yang agak tebal menggunakan lem.
(e)  Jumlah  lembaran  yang  ditempel  bervariasi  baik  dalam  jumlah  maupun
warnanya.  
Karya M3 (Melipat, menggunting dan menempel)
030720121661.jpg
16. Menganyam

Keterampilan  anyam  merupakan  kerajinan  yang  sudah  lama
berkembang  dalam  kehidupan  masyarakat.  Perkembangan  kerajian  ini  pada
awalnya    memiliki  bentuk  sederhana  sebagai  karya  seni  untuk  memenuhi
kebutuhan  praktis  sehari-hari,  perkembangan  berikutnya  kemudian  menjadi
benda-benda sebagai hiasan. Jenis kegiatan anyam ini beraneka ragam baik dari
segi  bahan, maupun  jenis motif  anyaman  yang  digunakan  bentuk  benda  yang
dihasilkan. 
Bahan-bahan  yang  sering  digunakan  orang  untuk  kerajinan  anyam
berasal  dari  bahan  baku  alam  seperti:  bambu,  rotan,  mendong,
pandan…..maupun  bahan  buatan  (sintetis)  seperti  kertas,  pita  plastik  dan
sebagainya.  Dari  segi  jenis  motif  yang  digunakan  dikenal  nama-nama  motif
anyam mata  itik, mata kebo,  hujan gerimis, daun  asam,  katuncar mawur, dsb.
Hasil kegiatan anyam dapat berbentuk anyaman datar maupun  anyaman bentuk
benda.
Kegiatan  kerajinan  anyam  di  sekolah  dasar  dapat  dilakukan  pada
jenjang kelas atas (kelas IV – VI). Pada umumnya kegiatan anyam pada jenjang
pendidikan  sekolah  dasar  ini  banyak  berupa  anyam  datar,  mengngat
kemampuan  siswa masih  terbatas. Selain  tiu bahan yang dapat digunakan  juga
disesuaikan dengan bahan-bahan yang  tersedia abaik bahan baku yang berasal
dari alam maupun bahan baku buatan yang sudah dijual di masyarakat.
Untuk memudahkan kita mengajarkan menganyam, maka terlebih
dahulu kita harus memberikan pengertian dan penjelasan secara teori maupun
secara praktek kepada siswa yang berkaitan dengan keterampilan ini. Agar tidak
bersifat verbalisme, kita dapat mengenalkan motif-motif yang dapat dikerjakan
yang disesuaikan dengan kemampuan anak.   Berikut ini beberapa contoh motif
anyam:
070720121684.jpg


B. Berkarya Seni Rupa Trimatra 
    (tiga dimensi)

1.  Membutsir

  Membutsir  adalah  membentuk  tanah  liat  atau  lilin  (plastisin/malam) menjadi  bentuk  mainan,  patung  kecil  atau  bentuk  tertentu  berdasarkan  daya cipta.  Sebelum  dibentuk,  tanah  liat  sebaiknya  dibersihkan  dahulu  dari  butiran batu  atau  pasir  yang  kasar,  lembutkan  adonannya  dengan  tangan.  Jika  terlalu lembek  biarkan  (diangin-anginkan)  hingga  kadar  airnya  berkurang,  dan  jika dipegang  tanah  tidak  lengket  pada  tangan  kita.  Namun  jika  menggunakan plastisin (lilin/malam), tidak akan terjadi masalah pengolahan bahan. Pada tahap pertama,  buatlah  bentuk  global  (dari  benda  yang  akan  diciptakan),  kemudian buatlah bentuk rincinya setahap demi setahap. Untuk menghaluskan permukaan bentuk, gunakan alat butsir  (dari kawat atau kayu yang dibuat menyerupai  jari tangan). 


 

2.  Merangkai

  Marangkai  ialah  menyusun  atau menyambungkan  bagian  benda  yang
satu  ke  benda  yang  lain  hingga  membentuk  suatu  komposisi  yang  utuh
berkesatuan. Susunan atau rangkaian tersebut menciptakan struktur bentuk, baik
bentuk  abstrak  ataupun  naturalistis.  Benda  yang  disusun  bisa  berupa  buah-
buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, benda-benda bekas (limbah: kertas, dus,
kaleng,  botol  plastik,  kotak  korek  api,  dsb).  Teknik  merangkai  bermacam-
macam, ada yang dihekter, dilem, dipatri, diikat, tergantung dari kebutuhan dan
kemungkinan  kekuatan  dari  konstruksi  susunan  tersebut.  Kegiatan  in  bisa
berupa kegiatan: merangkai bunga, merangkai  janur, merangkai manik-manik,
membuat  jembatan dari dus bekas, membuat maket rumah-rumahan dari kotak
korek api, dan sebagainya.

        

3.  Membuat Topeng Kertas

Membuat topeng kertas termasuk ke dalam pokok bahasan membentuk. Topeng dapat dibuat dengan cara: (a) memakai cetakan, dan (b) tidak memakai cetakan. Membuat topeng yang memakai cetakan, tentu saja tahap pertama ialah membuat model cetakan  (dari bahan  lunak, misalnya  tanah  liat, atau plastisin). Setelah  itu  barulah menempeli  cetakan  itu  dengan  lembaran  kecil-kecil  kertas koran  bekas  yang  dibasahi  terlebih  dulu.  Selanjutnya  dibalur  lem  putih/kanji untuk  kemudian  ditempeli  lagi  potongan  kecil  kertas  koran  secara  berulang-ulang  hingga  tebal. Lapisan  tempelan  itu bisa 4  atau 5  lapisan. Setiap  lapisan dibubuhi  lem putih. Setelah sehari kering, barulah kita lepaskan topeng  itu dari cetakan.  Perlu  diperhatikan,  agar  topeng  mudah  dibuka  dari  cetakan,  maka cetakan terlebih dahulu harus dibalur oleh minyak (stempet, mentega, atau oli). Jika  topeng  ingin  lebih menarik,  tentu saja memerlukan pengecatan. Di sinilah anak-anak  juga  melakukan  kegiatan  menggambar  dekoratif  pada  permukaan topeng. Jadi dua pokok bahasan dapat diterapkan pada satu topik kegiatan yaitu membuat topeng.
Cara  membuat  topeng  yang  kedua  lebih  mudah  karena  tanpa  harus membuat  cetakan.  Pertama,  siapkan  bahan  karton  tebal  (jenis  dupleks  atau karton dus bekas) seukuran kuarto/A4 atu selebar wajah. Setelah itu ukurkanlah kertas  itu dengan  lebar wajah anak  (yang membuatnya).  Jiplak dan guntinglahbentuk  dasar wajah  itu. Kini  karton  tersebut  tinggal  digambari  dengan  spidol atau  cat untuk bentuk mata, hidung  dan mulut. Letak bagian-bagian wajah  ini harus  tepat  sesuai  wajah  yang  membuatnya.  Untuk  membuat  hidung,  perlu ditambah dengan menempelkan bagian karton  lain yang dibentuk  limas  segi-3 (seperti  bentuk  hidung).    Jangan  lupa  mata  dan  hidung  dilubangi  dengan pisau/gunting.  Sebagai  langkah  terakhir  ialah  pengecatan  topeng.  Proses terakhir  ini merupakan kegiatan menggambar dekoratif, sebab  tujuannya untuk menghiasi topeng wajah dengan spidol warna, cat air, cat poster, atau krayon.

        


4. Membuat Wayang Kertas

  Membuat wayang kertas termasuk kegiatan menggambar dan sekaligus
membentuk. Teknik membuat wayang  kulit  dijadikan  sebagai  acuan  prosedur
kerja. Prosesnya dimulai dengan penggambaran rancangan pada karton (setebal
kulit, misalnya dupleks  atau karton bekas dus), pengguntingan pola/rancangan
itu, menyungging  (untuk  kulit  atau melubangi  kertas dengan psau  atau pahat)
dan  yang  terakhir  pewarnaan  atau  penggambaran  (dekoratif)  pada  wayang
kertas tersebut berdasarkan kebebasan berkreasi anak-anak.

  

C. ORIGAMI (Seni Melipat Kertas)

Di  Jepang,  seni melipat kertas  ini dinamakan Origami. Kertas yang digunakan ialah  kertas  tipis  (70  –  100  gram)  berukuran  bujur  sangkar  (segi-4  beraturan sama sisi). Dengan melipat kertas kita dapat membuat aneka bentuk hiasan dan mainan yang tiga dimensional, serta mendekati rupa makhluk hidup atau benda sehari-hari yang akrab dengan lingkungan kita. Oleh karena yang disajikan pada lembaran  ini  hanya  beberapa  contoh  lipatan,  maka  untuk  memperkayanya, kembangkan  imajinasi  dan  fantasi  Anda  dengan  mencoba  menciptakan beberapa bentuk  lain dengan  teknik melipat.  Ikuti urutan  (berdasarkan nomor) tentang prosedur kerjanya.


C. Berkarya Seni Kerajinan Simpul 
    (Makrame)

Makrame  berasal  dari  bahasa Turki, Ma-krama  atau Miqramah.  Seni kerajinan  simpul  atau  Makrame  ialah  bentuk  karya  seni  kerajinan  simpul-menyimpul  dengan  menggarap  rangkaian  benang  pada  awal  dan  akhir  suatu hasil  tenunan,  dengan  membuat  berbagai  simpul  pada  rantai  benang  tersebut sehingga  terbentuk  aneka  rumbai  dan  jumbai.  Kerajinan  simpul  ini  selain bernilai  fungsional  juga  artistik.  Dengan  hanya  ikat-mengikat  atau  simpul-menyimpul benang, kita akan dapat menghasilkan aneka benda kerajinan yang menarik,  seperti  ikat  pinggang,  penghias  gerabah  hias,  tas  tangan,  hiasan dinding,  alas  cangkir,  penggantung  tumbuhan  hias,  kalung,  dan  gelang.       Kegiatan  simpul  Makrame  ini  bisa  diberikan  kepada  anak  SD  kelas  tinggi,  misalnya kelas 5 dan 6. 
Pada bahasan ini kita akan mempelajari dua tahap kegiatan yaitu:
1.      Latihan membuat  simpul dasar  (simpul kepala,  simpul  rantai,  simpul mati, simpul  tunggal,  simpul  ganda,  simpul  gordin,  simpul  ketupat,  simpul  lilit panjang)
2.      Tuntunan  praktik  membuat  berbagai  benda  pakai  yang  artistik:  ikat pinggang,  gelang,  kalung,  hiasan  dinding,  taplak  meja,  tas  tangan, penggantung tumbuhan, dan lain-lain.
      Mengingat bahwa kegiatan ini berupa tuntunan praktik kerajinan, maka sebaiknya para mahasiswa dan guru SD mempelajarinya melalui gambar bagan yang ditampilkan pada bahasan ini. 


1.  Latihan Simpul Dasar.

  Tali yang digunakan untuk  latihan  simpul dasar  ini, kita bisa gunakan
kabel bekas  atau  tali bulat yang  agak besar/kasar. Perhatikan  dengan  seksama
gambar berikut ini.
Simpul Kepala       
        
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk  mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK 
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
84
 Simpul Rantai
                         
Simpul Tunggal     

Simpul Ganda


   

Simpul Gordin 
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk  mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK 
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
85
      
Variasi Simpul Gordin
              

Variasi Simpul gordin      
      
Simpul Ketupat

                                                                      Simpul Mati
 
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk  mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK 
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
86
     
Simpul Pembungkus                                        Simpul Rantai arah kanan dan kiri



2.  Tuntunan  praktik  membuat  aneka  benda  pakai  artistik  dengan  teknik
Makrame

a.  Ikat Pinggang
  Bahan yang diperlukan: benang kasar dan gesper.
  Langkah pengerjaannya.
1).  Ikat  pada  sisi  atas  gesper  dan  tempatkan  dengan  kuat  pada  tempat
yangletaknya  lebih  tinggi  daripada  kepala  kita,  baik  saat  kita  duduk maupun
berdiri.
  2). Sediakan benang kasar 10 utas atau  lebih. Panjang setiap utas minimal 500
cm.  Lipat  setiap  utas  sama  panjang  dan  ikatkan  pada  gesper  dengan  teknik
simpul kepala.
3).  Lakukan  langkah  ke-2  beberapa  kali  atau  isi  sisi  bawah  gesper  dengan
benang benang yang diikatkan dengan teknik simpul kepala itu hingga penuh.
4).  Pilih  salah  satu  atau  beberapa  teknik  simpul  yang  serasi  dengan  ikat
pinggang, apalagi  jika  ikat pinggang  itu dibuat untuk wanita. Malah dapat pula
ditambahkan  manik-manik  atau  bahan  sejenisnya  agar  ikat  pinggang  tampak
anggun. (Lihat gambar bagan).

b. Gelang
  Bahannya  pilih  benang  atau  jenis  tali  yang  lebih  bagus  baik  warna
maupun  kualitasnya,  dan  manik-manik  atau  sejenisnya  yang  dapat
memperindah penampilan gelang yang akan dihasilkan.
Langkah pengerjaannya:
1)  Sediakan  beberapa  utas  tali  (bisa  delapan  atau  10  bergantung motif  yang
akan  kita  pilih)  dengan  panjangnya  kira-kira  sepuluh  kali  panjang  lingkar
pergelangan.
2)  Ikat berkas benang yang telah disiapkan itu dengan benang yang lebih halus
tetapi  kuat  tepat  di  tengah-tengah  berkas  itu.  Simpulkan  tali  pengikat  itu 
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk  mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK 
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
87
dengan simpul mati. Tambatkan ujung benang pengikat  itu pada paku atau
apa saja yang menguatkan berkas benang itu saat dikerjakan.
3)  Satukan dengan hati-hati kedua bagian utas benang untuk selanjutnya mulai
dikerjakan  dengan menggunakan berbagai  simpul  yang bisa menghasilkan
motif yang indah.
4)  Tambahkan  kepala  gelang  yang  sedang  dibuat  itu  beberapa  biji  manik-
manik sebagai penghiasnya.
5)  Sediakan  kancing  untuk menguatkan  ujung  pangkal  gelang  itu. Di  antara
jenis  kancing  itu  tampaknya  yang paling  tepat  dipilih  adalah  kancing  kait
yang terbuat dari kawat.

b.  Kalung
  Kalung  dan  gelang  mempunyai  prinsip  kerja  yang  sama.  Perbedaan
hanya terletak pada ukurannya saja, kalung lebih panjang daripada gelang.
Bahan yang dipakai sama dengan bahan untuk gelang.
1)  Sediakan  beberapa  utas  benang  yang  telah  ditetapkan  ukurannya  dan
semuanya  sama panjang. Panjangnya  tergantung ukuran kalung yang akan
kita buat, minimal 200 cm.
2)  Satukan benang itu menjadi satu berkas dan simpulkan di tengah-tengahnya
dengan simpul mati.
3)  Ikat berkas benang itu pada simpul mati dan tambatkan pada paku atau apa
saja agar kita dengan mudah dapat mengerjakan kalung itu.
4)  Ambil  jarak antara 7 sampai 10 cm dari simpul mati yang mempersatukan
berkas  benang  itu,  untuk  kemudian  mulai  membuat  simpulan-simpulan
untuk mengawali pembuatan kalung  itu dengan mencampur beberapa  jenis
simpul dan menghiasinya dengan manik-manik.
5)  Kerjakan  pula  bagian  yang  satu  lagi  dengan motif  yang  sama  agar  kedua
bagian menjadi simetris.
6)  Satukan  kedua  bagian  itu  setelah  dicapai  ukuran  yang  memadai  dengan
beberapa  simpul  yang  bagus  dengan  dibubuhkan  beberapa  butir  manik-
manik yang dicampur dengan teknik jalinan dan simpulan.
7)  Rapikan ujung-ujung benang yang tersisa.

c.  Alas Gelas
  Percobaan membuat alas gelas kita mulai dengan menggunakan 24 utas
tali yang sama panjang yaitu lebih kurang 50 cm.
  Langkah pembuatannya:
1)  Mulai  dari  tengah  dalam  arti  dua  berkas  benang  yang  sama  jumlahnya
disimpulkan  di  tengahnya.  Pilih  di  antara  simpul  gordin  atau  sedikit
anyaman  yang  ujung-ujungnya  disimpulkan  sebagai  langkah  awal  untuk
memulai menyimpulkannya. Rentangkan ujung-ujung berkas benang  yang
telah dijalinkan atau disimpulkan sehingga membentuk silang. 
2)  Bubuhkan  satu-persatu  benang-benang  yang  disediakan  di  bagian  atas,
bagian  bawah,  bagian  kiri,  dan  bagian  kanan  dan  ikatkan  benang  dengan
simpul-simpul yang serasi. 
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk  mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK 
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
88
3)  Setelah  semua benang yang disediakan  selesai disatukan,  simpulkan   pada
setiap  ujungnyya  dengan  simpul  tunggal  atau  simpul  lain  yang  serasi.
Akhirnya gunting ujung benang yang tersisa pada setiap simpulan itu. 

d.  Hiasan dinding
  Bentuk kerajinan yang memerlukan bidang  luas  seperti hiasan dinding
ini  akan  membuka  kemungkinan  untuk  memadukan  teknik-teknik  simpulan
utnuk  mencapai  penampilan  yang  artistik.  Hiasan  dinding  yang  akan
diperkenalkan  ini  adalah  hiasan  dinding  yang  dilengkapi  dengan  satu  kaitan
saja,  yang  dapat  kita  gunakan  cincin  atau  sejenisnya  sebagai  lubang  untuk
mengaitkannya.
Bahan  yang  diperlukan  berupa:  sebuah  cincin  dari  kawat  atau  sejenisnya,  tali
berbagai  warna,  dan  manik-manik  atau  sejenisnnya.  Dapat  pula  dibubuhkan
barang  lain  seperti  lonceng  kecil  atau  apa  saja  yang  serasi  untuk  dibubuhkan
kepadanya.
Langkah pengerjaannya:
1)  Potonglah tali menjadi:  
2 utas yang panjangnya 100 cm
2 utas yang panjangnya 110 cm
2 utas yang panjangnya 180 cm
4 utas yang panjangnya 250 cm
2 utas yang panjangnya 300 cm, dan
4 utas yang panjangnya 350 cm

Atur  sendiri  pemaduan  warna  pada  setiap  kelompok  benang  itu  agar  dicapai
hasil yang lebih indah.
2)  Ambil semua tali yang 350 cm, dan simpulkan masing-masing di tengahnya
dengan simpul kepala pada cincin.
3)  Bagi dua sama banyak benang-benang yang  telah disimpulkan pada cincin
itu  dan  simpulkan masing-masing  dengan  simpul  gordin  hingga mencapai
ukuran yang sama, misalnya 6 atau 9 cm. Sebagai variasi, kedua kelomppok
tali yang telah disimppulkan itu dipersatukan dengan simpul lain.
4)  Bubuhkan di  tengahnya dua utas  tali yang masing-masing panjangnya 300
cm yang dapat dilipat dua sama panjang. Simpulkan pula semua benang itu
hingga mencapai panjang kira-kira 5 cm atau lebih.
5)  Bagi  dua  sama  banyak  benang-benang  yang  telah  disimpulkan  itu,
kemudian  buat  simpul-simpul  gordin  pada  kedua  kelompok  tali  itu
membentuk hiasan yang simetris pada bagian kiri dan kanannya. Persatukan
kembali dua bagian itu dengan jenis simpulan yang lain.
6)  Lakukan  cara-cara  seperti  di  atas  berkali-kali  hingga  tali-tali  yang
ditambahkan  habis  dan  tentunya  hiasan  ini  semakin  ke  bawah  semakin
lebar. Setelah itu rapikan ujung-ujung sisa benangnya.

e.  Tas Tangan
  Pembuatan  tas  tangan  merupakan  pengembangan  dari  pembuatan
hiasan  dinding,  sebab  pada  dasarnya  sama.  Jika  cincin  diganti  dengan  gelang 
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk  mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK 
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
89
atau apa saja yang berbentuk gelang yang cukup besar ukurannya seperti yang
biasa  digunakan  sebagai  pegangan  tas  tangan,  maka  tas  tangan  merupakan
gabungan  dari  bentuk  hiasan  dinding  yang  dibuat  sama  motif  maupun
ukurannya.  Bentuknya  dapat  diatur  dengan  mengatur  penambahan  tali-tali
seperti yang dilakukan saat kita membuat hiasan dinding.

f.  Taplak Meja
  Seperti  juga  tas  tangan,  taplak  meja  merupakan  pengembangan  alas
gelas. Jika pembuatan alas gelas diteruskan hingga mencapai ukuran yang lebih
besar ukurannya, maka yang jadi adalah taplak meja. 
Bentuknya  apakah  bujursangkar  atau  persegi  sempat  bergantung
keinginan pembuatnya sendiiri dan tentunya bergantung pada bentuk daun meja
yang akan kita tutup dengan taplak yang akan kita buat itu. Setelah pengalaman
kita bervariasi, maka membuat penggantung  tumbuhan hias, menghias gerabah
dengan teknik simpul, atau malah membuat rompi buat wanita atau tutup kepala
tidak sulit untuk dikerjakan pokoknya jika ada kemauan pasti ada jalan. Sebagai
contoh lihat gambar bagan.


E. Aspek Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa

Salah  satu  aspek  pembelajaran  yang  cukup  penting  adalah  apresiasi.
Dalam  bahasa  sederhana,  apresiasi  berarti  menerima,  menghargai  melalui
proses yang melibatakan rasa dan fikir. Apresiasi seni di masyarakat kita,  juga
di dalam kelas,  sampai  saat  ini masih  terbatas  sekali dalam arti belum banyak
dikembangkan.
Sesungguhnya  pada masa  sekarang,  anak-anak memiliki  lebih  banyak
peluang  untuk  meningkatkan  apresiasi  dibandingkan  dengan  zaman  dahulu.
Kini  teknologi  elektronika,  khususnya  reproduksi  dan percetakan  sudah maju.
Karya-karya  terkenal  dapat  diperlihatkan  guru  kepada  para  siswa  di  sekolah.
Pameran-pameran seni juga lebih sering diselenggarakan.
Tetapi  yang  lebih  penting  lagi,  peningkatan  apresiasi  dapat  dilakukan
dari  tingkat  dasar  yang  sederhana,  dari  karya-karya  siswa  sendiri  dan  teman-
temannya,  dilakukan  guru  di  dalam  kelas.  Peningkatan  kepekaan  apresiasi
merupakan gabungan antara aspek : mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan),
melalui  teknik  bertanya  dan  menunjukkan  unsur-unsur  menarik  dari  suatu
karya. 
Secara  lebih  luas, apresiasi dilakukan bukan hanya  terhadap karya seni
tetapi juga terhadap keindahan di alam. Siswa diajak ―melihat keindahan yang
ada di mana-mana. Keindahan  atau kemenarikan hasil karya ditunjukkan guru
(lebih  tepat:  disarankan),  dengan  catatan  bukan  mutlak  harus  diterima  siswa.
Dengan  banyaknya  melihat  unsur-unsur  yang  indah/artistik,  maka  terciptalah
pola gambaran mental pada dirinya tentang apa-apa yang dianggap kebanyakan
orang  sebagai  hal  yang  indah/seni.  Selanjutnya  ia  akan  memilih,  hal-hal  apa
yang  secara  individual menarik bagi  dirinya. Di  sinilah  letak kebebasan  siswa
untuk  menerima  atau menolak,  menyenangi  atau  kurang  menyenangi  sesuatu 
Pendidikan Seni Rupa & Kerajinan untuk  mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK 
Edisi Yang Disempurnakan, 2005
90
yang memungkinkan dirinya memiliki kepekaan  individual (sebagai apresiator)
maupun gaya individual (jika ia berkarya).   
Diskusi  tentang  aspek-aspek  desain  (harmoni,  keseimbangan,  ritme,
kesatuan, pusat perhatian, dsb) akan membentuk kesadaran kualitas baik-buruk
karya seni dan dengan begitu apresiasi seni akan terbentuk (Lowenfeld, 1982).  
Hal-hal yang dibicarakan meliputi antara lain :
1.  Judul-judul  atau  objek  yang  digambarkan:  apa  yang  tampak,  apa
yang  aneh,  apa  yang  menarik.  Pada  tahap  usia  SD,  yang  disukai
anak  tentu  saja   penggambaran  secara visual yang  ―hidup, bukan
karya-karya abstrak atau yang memerlukan renungan mendalam.  
2.  Warna.  Dipertanyakan  mana  yang  disukai,  mana  warna  yang
kurang kuat (kabur), mana yang aneh.
3.  Penempatan. Dipertanyakan, bagaimana kesesuaian ukuran gambar
dengan  bidang  gambar,  distimulasi  perlunya  keseimbangan,  untuk
meningkatkan kepekaan komposisi.
4.  Pemanfaatan  media.  Dipertanyakan  kemungkinan-kemungkinan
teknik  penggunaan  media,  sifat  khas  media  serta  cara-cara  orang
lain yang berhasil menggunakannya. 

Perlu  dikemukakan  di  sini  bahwa  pengembangan  apresiasi  seni  untuk
SD hendaknya  lebih  diutamakan  secara  terpadu dengan  kegiatan praktek,  jadi
bukan tersendiri misalnya dua jam pelajaran memberi ceramah tentang macam-
macam seni.